Sabtu, 19 Maret 2016

Kromatografi Senja

Minggu, 20 Maret 2016

Entah harus dari mana ku menyampaikan, yang terpenting saat ini, perasaanku amat rumit,
Berdiam diri, sendiri di keramaian, bersama secangkir kopi yang rasanya tak lebih pahit dari rasa di minggu ini. Merasakan dinginnya tempat ini, tempat yang tak asing lagi bagi kisah kita, tempat dimana semua kisah ini  bermula, tempat yang sediakala menjadi saksi akan aku dan kamu yang mungkin kini tak ada lagi kamu, hanya aku.

Aku tak menyalahkan mu, yang ku salahkan hanyalah waktu dan diriku sendiri kemarin. Terlalu bodoh untuk sebuah harapan sederhana, tak dapat memelihara dan mempertahankan kisahnya sendiri.

Aku lupa akan resiko ini, bahagia dan kecewa dimasa depan adalah satu paket yang harus kutanggung kapanpun. Salahku, aku tak pernah siap untuk itu.

Aku selalu yakin bahagia itu sederhana, sesederhana itu kau  selalu ada untukku, sesederhana itu kau bisa menjaga perasaan ku, yang terpenting adalah hati yang saling terpaut, membuang jauh egoisme, saling percaya, dan memaafkan.

Aku tak paham tentang ego mu, yang ku pikirkan hanya bagaimana kedepannya kita. Kemarin, saat kata-kata itu keluar dari mu, dan tak terlitas sedikitpun kata bahagia keluar dari mu, kau menghapus gambar itu, kau menghapus memori akan tempat itu, pada saat itu lah bahagia ku sirna.
Aku paham dengan kondisi kita, yang tak bersama walaupun tetap terhubungan baik, aku tahu kondisi ini sangat tidak enak bagi kaum mu, sepi yang menghantuimu setiap saat, emosi jiwa mu yang tak terkendali menjadi musuh terbesar dan hanya menjadi bom waktu  yang dapat meledak kapan saja.

Aku paham, kejenuhan mulai merambah mu, rasa kesal di tiap hari mulai menguasaimu akan sikap ku, membuat cinta itu kini terbenam dan takkan terlihat lagi, seolah senja yang takkan mengembalikan matahari di esok hari, kiamat.


Aku paham, jadi kini, nikmatilah hari ini dan seterusnya, selamat menikmati suasana baru yang kau inginkan, aku takkan mengganggumu sampai waktu yang mungkin menyadarkan hatimu, namun pada hari itu aku tak yakin jika waktu itu datang apakah hatiku masih seperti sekarang. Aku telah banyak berkorban, berbohong, dan mengalah untuk ini, tak usah kau buang energimu untuk marah dan mengancam lagi, mungkin nanti bila saatnya hati ini lelah, aku yang akan pergi.

Semoga berbahagia dengan wanita yang kau kenal di sana. Semoga dia bukan jadi alasan hubungan jarak jauh yang telah sirna ini. Berbahagialah.