Minggu, 20 Maret 2016
Entah harus dari mana ku
menyampaikan, yang terpenting saat ini, perasaanku amat rumit,
Berdiam diri, sendiri di
keramaian, bersama secangkir kopi yang rasanya tak lebih pahit dari rasa di
minggu ini. Merasakan dinginnya tempat ini, tempat yang tak asing lagi bagi
kisah kita, tempat dimana semua kisah ini
bermula, tempat yang sediakala menjadi saksi akan aku dan kamu yang
mungkin kini tak ada lagi kamu, hanya aku.
Aku tak menyalahkan mu, yang ku
salahkan hanyalah waktu dan diriku sendiri kemarin. Terlalu bodoh untuk sebuah
harapan sederhana, tak dapat memelihara dan mempertahankan kisahnya sendiri.
Aku lupa akan resiko ini, bahagia
dan kecewa dimasa depan adalah satu paket yang harus kutanggung kapanpun. Salahku,
aku tak pernah siap untuk itu.
Aku selalu yakin bahagia itu sederhana,
sesederhana itu kau selalu ada untukku,
sesederhana itu kau bisa menjaga perasaan ku, yang terpenting adalah hati yang
saling terpaut, membuang jauh egoisme, saling percaya, dan memaafkan.
Aku tak paham tentang ego mu,
yang ku pikirkan hanya bagaimana kedepannya kita. Kemarin, saat kata-kata itu
keluar dari mu, dan tak terlitas sedikitpun kata bahagia keluar dari mu, kau
menghapus gambar itu, kau menghapus memori akan tempat itu, pada saat itu lah
bahagia ku sirna.
Aku paham dengan kondisi kita,
yang tak bersama walaupun tetap terhubungan baik, aku tahu kondisi ini sangat
tidak enak bagi kaum mu, sepi yang menghantuimu setiap saat, emosi jiwa mu yang
tak terkendali menjadi musuh terbesar dan hanya menjadi bom waktu yang dapat meledak kapan saja.
Aku paham, kejenuhan mulai
merambah mu, rasa kesal di tiap hari mulai menguasaimu akan sikap ku, membuat
cinta itu kini terbenam dan takkan terlihat lagi, seolah senja yang takkan
mengembalikan matahari di esok hari, kiamat.
Aku paham, jadi kini, nikmatilah
hari ini dan seterusnya, selamat menikmati suasana baru yang kau inginkan, aku
takkan mengganggumu sampai waktu yang mungkin menyadarkan hatimu, namun pada
hari itu aku tak yakin jika waktu itu datang apakah hatiku masih seperti
sekarang. Aku telah banyak berkorban, berbohong, dan mengalah untuk ini, tak
usah kau buang energimu untuk marah dan mengancam lagi, mungkin nanti bila
saatnya hati ini lelah, aku yang akan pergi.
Semoga berbahagia dengan wanita yang kau kenal di sana. Semoga dia bukan jadi alasan hubungan jarak jauh yang telah sirna ini. Berbahagialah.
Semoga berbahagia dengan wanita yang kau kenal di sana. Semoga dia bukan jadi alasan hubungan jarak jauh yang telah sirna ini. Berbahagialah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar